Strategi Pengembangan Partisipasi Masyarakat
PENGEMBANGAN PARTISIPASI MASYARAKAT
“|Study Kasus Pelembagaan
Partisispasi Masyarakat Forkomkasi Pondok Rajut Kampung Joyonegaran Kelurahan
Wirgunan Kecamatan Mergangsan Yogyakarta”
A.
Latar Belakang
Berdirinya
pondok rajut ini berawal dari gempa yang terjadi pada tahun 2006. Melihat
kondisi masyarakat sekitar pasca gempa, ibu Idayani merasa tersentuh karena
banyak warga disekitar tempat tinggalnya mengalami kesulitan dalam bidang
ekonomi karena baru saja kehilangan tempat tinggal bahkah warung-warung sebagai
tempat mata pencaharian warga setempat luluh lantah akibat gempa. Dari sini ibu
idayani mulai berfikir dan mencoba mengajak masyarakat setempat untuk membuat
suatu wadah perkumpulan masyarakat sekitar, untuk mencoba berkreasi membuat
pernak-pernik dan merajut, ia mulai berinisiatif untuk menyisihkan uang dari
belanja bulananya untuk membeli satu atau dua gulung benang rajut yang dulu
berkisar Rp 5.000 per gulung. Setelah berhasil mengumpulkan sekitar 40 gulung
benang rajut, ibu Idayani mulai mengajak ibu-ibu disekitar rumahnya untuk
belajar merajut dan membuat pernak-pernik atau barang apa saja yang bisa dibuat
sesuai kemampuan masing-masing.
Menumbuhkan
motivasi dan kepercayaan diri bukanlah sesuatu yang gampang, karena masyarakat
disekitar merasa pekerjaan seperti merajut atau membuat pernak-pernik bukanlah
hal yang dapat menguntungkan bahkan juga itu pekerjaan yang membosankan dan
sia-sia. Dengan kesabaran dan keuletan ibu Idayani akhirnya mampu memikat dan
merangkul masyarakat setempat, untuk berkreasi dan berinovasi melalui kemampuan
masing-masing dalam mengolah barang-barang yang awalnya tak bernilai menjadi
barang yang memiliki nilai ekonomis. Semuanya tak berakhir disitu saja ibu
Idayani tak pernah meminta bayaran kepada masyarakat sekitar yang mau datang
atau bergabung denganya, intinya orang tersebut mau meluangkan waktu untuk
belajar baginya sudah cukup. Ibu Idayani tidak pernah memikirkan seberapa besar
uang yang ia keluarkan untuk melatih masyarakat sekitar agar menjadi mandiri
dalam menciptakan peluang kerja. Alhasil usaha yang ia geluti dengan penuh
ketekunan dan keikhlasn membuahkan hasil yang manis juga. Ibu Idayani dijadikan
sebagai ketua Forkom didesanya kemudian ia membuka Forkomkasi pondok rajut
sebagai tempat perkumpulan dan merekrut ibu-ibu yang tadinya ia latih merajut
dan membuat aksesoris di pondok rajut. Forkomkasi pondok rajut sudah berdiri
kurang lebih 10 tahun.
B. Tujuan Kajian
Untuk
menambah pengetahuan dan wawasan tentang bagaimana mengorganisasikan suatu
wadah tempat perkumpulan para perajut, pembuat aksesoris, pernak-pernik dan
sebagainya atau bisa dibilang mempersatukan orang-orang dengan kreatifitas yang
berbeda-beda dalam satu wadah sehingga kreatifitas yang ada bisa di eksplorasi.
Mencari tahu strategi dan mekanisme seperti apa yang diterapkan pada Forkomkasi
Pondok Rajut sehingga keberadaanya sekaran diakui oleh pemerintah bahkan
didukung oleh pemerintah setempat.
C. Tinjauan Teoritis
Menurut Bryant and White
strategi mobilisasi partisipasi dan meningkatkan keefektifannya diataranya:
Ø
Strategi
yang memusatkan perhatian pada jenis proyek yang dirancang. Merancang proyek
agar sederhana dan mudah dikelola; yang menyediakan manfaat langsung yang dapat
dipetik masyarakat, ukurannya kecil dengan melibatkan komunitas kecil sehingga
kontribusi setiap orang lebih cenderung tampak dan terasa akibatnya, dan juga
adanya kesederhanaan dalam tugas dan organisasi yang tidak menuntut
ketrampilan-ketrampilan yang rumit.
Ø
Strategi
yang menitikberatkan pentingnya organisasi dalam memobilisasi patisipasi.
Organisasi, baik organisasi asli setempat maupun
tidak memegang peranan menentukan dalam memungkinkan peranserta yang
efektif. Masing-masing telah mengembangkan pengorganisasian yang tepat dan
sesuai untuk pekerjaan yang hendak ditangani. Baik yang bersifat “dari bawah”
dalam hal inspirasi dan momentum maupun “dari atas” yang digerakkan oleh oleh
prakarsa pemerintah. Menurut Norman Uphoff dkk, organisasi dapat meluaskan
basis partisipasi, meningkatkan akses terhadap sumber daya dan mendorong
perubahan.
Juga
kelompok kecil bisa merangsang partisipasi yang efektif dan mendorong perilaku
inovatif. Disamping itu kelompok kecil memungkinkan orang untuk berani
mengambil resiko yang tidak akan mereka lakukan sebagai individu.
Ø
Mengubah
kapasitas masyarakat. Strategi ini berkait dengan bebagai cara untuk membekali
anggota masyarakat agar mengambil peranan yang bermanfaat, sadar dan terlatih
dalam kegiatan pembangunan; dengan diciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk
mendidik dan melatihnya kearah wawasan baru dan kapasitas baru. Ini bisa
dialkukan melalui penyadaran diri (conscienzacione) dan pelatihan (training).
Hasil
dari wawancara mengenai Forkomkasi Pondok Rajut mengenai strategi yang diterapkan oleh ibu Indayanti untuk
mengumpulkan para ibu- ibu disekitar untuk bergabung dalam wadah Forkomkasi
Pondok Rajut. Tujuan dari pelembagaan yang dilakukan oleh ibu indayanti
bertujuan untuk memberdayakan masyarakat sekitar terutama kaum ibu.
Melalui
pendekatan face to face ibu Indayati merekrut para ibu-ibu di sekitarnya untuk
berpartisipasi. Pendekatan ini dilakukukan melalui berbagai acara yang ada di
dalam masyarakat tersebut seperti arisan ibu-ibu dan kumpul RT. Sejauh ini
jumlah anggota kurang lebih 20 orang yang merupakan anggota tetap.
D. Rancangan strategi dan mekanisme
Ada
tiga prasarat utama yang harus dipenuhi untuk terwujudnya partisipasi
masyarakat (BMZ, 1995:29):
1
Bahwa masyarakat mempunyai „kemauan“
untuk terlibat (pertanyaan motivasi)
2
Bahwa
masyarakat mempunyai „kemampuan“ untuk terlibat (untuk itu kekuatan produktif dan kreatif mereka diperkuat)
3. Bahwa
mereka „diperbolehkan“ terlibat dan dalam kenyataannya mereka benar-benar
dilibatkan (pertanyaan syarat yang melingkupi dan politik pemerintah).
1. Scenario Planning
Scenario Planning
adalah salah satu pendekatan untuk merancang masa depan, yang merupakan alat
untuk menyusun strategi yang dapat digunakan di organisasi swasta maupun
disektor public. Pada awalnya metode ini dikembangkan oleh Pierre Wack di
Perusahaan Royal Dutch/Shell. Namun
belakangan metode ini digunakan di beberapa Negara untuk melibatkan orang-orang
dari berbagai kalangan untuk berpikir kreatif tentang masa depan negaranya.
Tujuan dari Scenario Planning tidak
untuk menyajikan kebenaran yang definitif, tetapi lebih untuk menstimulasi
debat dan bagaimana mempengaruhi masa depan.
Scenario planning yang dimaksud dalam kelembagaan ini
yaitu adanya pemikiran ibu indayati untuk berkreasi dan berinovasi bersama para ibu- ibu khususnya
di daerah tempat tinggalnya setelah terjadi gempa.
2. Strategic Planning
Strategic
Planning termasuk metode yang paling popular dan paling sering digunakan dalam
perencanaan. Pendekatan ini awalnya dikembangkan oleh organisasi militer dan
selanjutnya banyak digunakan oleh perusahaan swasta dan juga belakangan oleh
organisasi public, pemerintah atau komunitas disuatu wilayah, fungsi pelayanan
khusus (transportasi, kesehatan, pendidikan, dll), serta lembaga non-profit,
termasuk LSM/Ornop.
Strategic
planning yang dilakukan untuk mewujudkan pemikirannya tersebut seperti dengan
melakukan pendekatan secara personil maupun kelompok untuk mengajak masyarakat
untuk berpartisipasi, pemberian hadiah berupa upah bayaran setiap hasil yang
berhasil dibuat oleh anggota. Selain itu pemberian materi atau pelatihan pembuatan
barang-barang rajut dan pernak-pernik sebagai peningkatan soft skill bagi
anggota,dll.
3. Future Search Conference
Konferensi Pencarian Masa Depan (future search) merupakan suatu cara bagi
komunitas atau organisasi untuk menciptakan visi bersama bagi masa depan
mereka. Kegiatan ini melibatkan sekelompok besar pemilik kepentingan (stakeholder), yang dipilih karena
dipandang memiliki kekuasaan (power)
atau informasi mengenai topik yang sedang ditangani atau karena akan terkena
dampaknya. Dalam hal ini ibu Indayati berusaha menciptakan inovasi yang baru dengan menyesuaikan trend.
Selain itu juga berusaha meningkatkan harga jual barang hasil karyanya.
Focus
Group Discussions (FGD)
FGD merupakan salah satu metode untuk memberikan
kesempatan kepada peserta diskusi untuk memberikan pandangannya tentang suatu
topik. Kegiatan ini memungkinkan setiap peserta diskusi menyumbangkan
perspektif yang berbeda satu sama lain. FGD direncanakan untuk membangun
suasana yang memungkinkan pserta diskusi bisa mengemukakan pendapatnya secara
terbuka tanpa rasa takut. Proses FGD dipimpin oleh moderator
dan didampingi oleh asisten moderator yang bertugas mencatat isi dan proses
diskusi. FGD biasanya dilakukan
kelompok rajut ibu Indayati ini setiap 2 minggu sekali atau setelah pengadaan
pameran. Di dalam FGD ibu Indayati dan anggotanya akan mengevaluasi hasil kerja
kelompoknya tersebut.
Comments
Post a Comment