Contoh proposal penelitian kualitatif terbaru dan terlengkap



Peran “DesaWisata Kaki Langit” dalamMeningkatkanPendapatanMasyarakat di PedukuhanMangunan

BAB 1
PENDAHULUAN
 A. Latar Belakang Masalah
Diera saat ini perkembangan pariwisata sangatlah pesat.Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat dimana adanya pelibatan manusia atau masyarakat didalamnya membuat perkembangan pariwisata menjadi sebuah fenomena yang sangat global.Salah satu perkembangan ini yaitu adanya desa wisata.Desa wisata merupakan pengembangan pariwisata yang berorientasi pada pariwisata ekonomi yang diharapkan mampu memberi dampak positif bagi kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat setempat.
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan Provinsi yang dikenal sebagai kota pelajar dan kota wisata. Sebagai kota wisata Yogyakarta dikenal mempunyai banyak objek dan daya tarik wisata serta potensi wisata yang beraneka ragam. Daerah Istimewa Yogyakarta dibagi menjadi lima wilayah adminstratif, meliputi Kodya Yogyakarta, Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten Bantul. Masing-masing wilayah administratif tersebut memiliki kekayaan wisata yang sayang jika tidak menjadi pusat perhatian dan kunjungan wisatawan, baik wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
 Keistimewaan dan daya tarik dari suatu objek wisata atau tempat wisata bisa dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan baik domestik maupun mancanegara setiap tahunnya, tidak hanya daya tarik yang mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan, namun juga dari fasilitas yang tersedia maupun keramahan penduduk sekitar objek atau tempat wisata, selain itu juga dari dukungan pemerintah setempat. Pengembangan pariwisata yang ada di DIY tidak hanya di titik beratkan pada obyek wisata yang telah dikenal masyarakat luas saja, namun ada alternatif andalan lainnya yaitu mulai dikembangkannya Desa Wisata dengan potensi alam, seni dan budayanya. Dengan demikian, Badan Pusat Statistik DIY menyatakan bahwa kunjungan wisatawan pada tahun 2011 sebanyak 1.607.694 pengunjung dengan kenaikan prosentase 2,17%, tahun 2012 sebanyak 2.360.173 pengunjung dengan prosentase 46,80%, tahun 2014 sebanyak 2.837.967 pengunjung dengan prosentase 20,24%, tahun 2014 sebanyak 3.346.180 pengunjung dengan prosentase 17,91%, sedangkan tahun 2015 sebanyak 4.122.205 pengunjung dengan prosentase 23,19%. Hal ini menyatakan bahwa munculnya desa wisata dengan potensi obyek wisatanya dapat menarik wisatawan untuk datang berkunjung.
            Desa wisata lebih bergerak pada bidang studi pengembangan budaya dan pariwisata berbasis lokal.Kabupaten Bantul sebagai daerah yang memiliki keindahan alam mulai mengenalkan desa wisata kepada para wisatawan. Menurut data Dinas Pariwisata Bantul dari 75 Desa  tercatat 37 Desa Wisata yang sudah terbentuk sesuai dengan potensi dan keunggulan daya tarik masing-masing. Desa wisata yang terdapat di Kabupaten Bantul menawarkan  berbagai macam potensi yang dimiliki antara lain pemandangan bentangan sawah yang masih sejuk, dan permai, peninggalan budaya, seni dan budaya para leluhur hingga bangunan yang usianya telah mencapai ratusan tahun yang masih terawat dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Bantul memang mempunyai potensi wisata yang mampu mengguggah daya tarik wisatawan dengan dikembangkannya desa wisata.
Kemajuan pariwisata khususnya Desa wisata dan peningkatan Pendapatan ekonomi rakyat bagaikan dua sisi mata uang yang tidak dapat tidak dapat dipisahkan.Keduanya berjalan secara beriringan.Hasil yang diperoleh dari adanya pengembangan destinasi wisata hendaknya dapat dinikmati masyarakat setempat dan bermanfaat baginya. Hal tersebut sesuai dengan UU RI Nomor 10 tahun 2009 pasal 4 Tentang Kepariwisataan bahwa pariwisata bertujuan untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat, menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya, dan memajukan kebudayaan.
Pengembangan pariwisata melalui desa wisata tidak dapat terlepas dari segala aspek yang ada dalam  masyarakat, baik aspek ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam konteks desa wisata, maka desa juga harus mampu menawarkan keaslian  dari keunikan-keunikan disegala aspek yang dimiliki. Hal tersebut berdasarkan esensi desa wisata yaitu adanya optimalisasi suatu desa dengan memanfaatkan potensi yang ada dalam masyarakat dan desa kedalam aktivitas pariwisata  dengan tema sesuai karakteristik desa.
Sejak adanya  isu mengenai desa wisata,  kabupaten Bantul tidak ketinggalan untuk ikut mengimplementasikannya, salah satunya desa wisata di Pedukuhan Kaki Langit.Kaki Langit merupakan bagian dari Padukuhan yang secara administratif terletak di Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta. Padukuhan Kaki Langit terdapat Destinasi pariwisata yang berupa Langit Ilalang, Atap Langit, Budaya Langit, Rasa Langit, Langit Terjal, Langit Hijau, Karya Langit, Langit Cerdas.
Kedua stakeholder yang berperan dalam pengembangan desa wisata tersebut, yakni masyarakat dan pengelola desa wisata harus berjalan secara beriringan dan saling berkoordinasi. Ketika salah satu komponen bergerak masing-masing, maka hasil yang didapat tidak akan maksimal dan sesuai target atau cita-cita yang diharapkan.
            Hadirnya Desa wisata merupakan peluang bagi masyarakat, sebab dengan adanya desa wisata diharapkan mampu berperan dalam meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat di sekitar Pedukuhan Kaki Langit.Hal inilah yang harus dipecahkan oleh semua stakeholder yang bersangkutan, baik dari pemerintah maupun masayarakat desa wisata itu sendiri, agar mampu menjadikan desa wisata sebagai tongak awal perbaikan taraf perekonomian secara berkelanjutan bagi masyarakat di sekitar desa wisata kaki langit.
B. Fokus Penelitian
Berdasarkan dari beberapa pembahasan mengenai peran Desa wisata terhadap pendapatan masyarakat, maka kita dapat menentukan fokus penelitian yakni : Latar belakang dan sejarah perintisan desa wisata Kaki Langit, Jenis dan usaha yang ditawarkan di Desa wisata Kaki Langit,  Menciptakan Peluang Usaha, Pihak-pihak yang mendukung perintisan desa wisata Kaki Langit dan Kendala yang dihadapi saat perintisan.
C. Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran “Desa wisata kaki langit” dalam meningkatkan pendapatan masyarakat?
2. Apa yang menjadi faktor pendorong dan penghambat dalam upaya meningkatkan pendapatan masyarakat  ?

D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peran desa wisata kaki langit dalam meningkatkan pendapatan masyarakat
2. Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat dalam upaya meningkatkan pendapatan masyarakat 
2. Manfaat Penelitian
Dengan mengacu pada tujuan dari penelitian, maka nantinya penelitian ini akan memiliki manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Untuk bidang akademisi, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi akademis secara langsung dibidang pariwisata, khususnya promosi atau pemasaran desa wisata sebagai salah satu jenis wisata unggulan di Kabupaten Sleman.
2. Manfaat Praktis
Dalam hal praktis, penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan bagi desa-desa wisata yang terdapat di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang tergolong desa wisata tumbuh dan berkembang dalam usaha untuk meningkatkan kunjungan. Serta dapat dijadikan salah satu acuan bagi daerah-daerah di Indonesia yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi desa wisata dalam strategi pemasaran yang akan dilakukan.
E. Tinjauan Pustaka atau Kerangka Teori
1. Peran
Peran adalah sesuatu yang menjadi bagian atau menjadi pimpinan yang terutama (dalam terjadinya sesuatu hal / peristiwa). (WJS. Poerwodarminto, 1986: 735).
Menurut Friedman, M, (1998: 286). Peran adalah serangkaian perilaku yang diharpkan pada seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara informal. Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain menyangkut peran-peran tersebut.
Pengertian peran dalam hal ini adalah suatu tindakan atau suatu obyek tertentu yang mempunyai hubungan atau yang mempengaruhi suatu hal atau peristiwa tertentu.
2. Pendapatan
Menurut Sundoyo Pitomo (1982:20), mendefinisikan pendapatan sebagai berikut :
            ”adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri dengan jalan dinilai sejumlah uang atas harga berlaku saat itu.”
Sedangkan menurut Valerie J. Hull ( dalam Masri Singarimbun dan Sofyan Effendi, 1980:24)
            ”Pendapatan adalah gambaran yang lebih tepat tentang posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat. Pendapatan keluarga yang merupakan jumlah seluruh pendapatan dan kekayaan keluarga (termasuk barang atau hewan peliharaan), dipakai untuk membagi keluarga dalam tiga kelompok pendapatan yaitu pendapatan rendah, pendapatan sedang, dan pendapatan tinggi.”
Dari pendapat di atas dapat disimpulakan bahwa pendapatan adalah seluruh penerimaan hasil kerja seseorang baik berupa uang maupun barang.
Kalsifikasi Pendapatan( dalam Sundoyo Pitomo, 1982: 20), membedakan :
1. Pendapatan faktor yang didistribusikan.
2. Transfer yang bersifat redistributif.
Pendapatan faktor golongan pertama dapat dibagi menurut sumber menjadi :
1. Penghasilan sebagai gaji dan upah.
2. penghasilan dari usaha sendiri.
3. Penghasilan dari pemilik harta

3. Masyarakat
Pengertian masyarakat menurut definisi Para Ahli (http://www.artikelsiana.com/2015/06/para-ahli-pengertian-masyarakat-definisi.html) sebagai berikut :
Menurut Emile Durkheim, pengertian masyarakat merupakan suatu kenyataan objektif dari individu-individu yang merupakan anggotanya.
Menurut Max Weber, masyarakat adalah suatu struktural atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai yang dominan pada warganya sendiri.
Menurut Soerjono Soekanto, masyarakat pada umumnya mempunyai ciri-ciri dengan kriteria seperti di bawah ini :
1.      Manusia yang hiduo bersama, sekurang-kurangnya terdiri atas dua orang.
2.      Bercampur atau bergaul dalam jangka waktu yang cukup lama. Berkumpulnya manusia akan menimbulkan manusia baru. Sebagai akibat dari hidup bersama, timbul sistem komunikasi dan peraturan yang mengatur huungan antar manusia.
3.      Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
4.      Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait satu sama lain.
Menurut Marion Levy, ada empat kriteria yang perlu ada agar suatu kelompok bisa disebut masyarakat, yakni sebagai berikut.
1.      Kemampuan bertahan yang melebihi masa hidup seorang anggotanya.
2.      Perekrutan seluruh atau sebagian anggotanya melalui reproduksi atau kelahiran
3.      Adanya sistem tindakan utama yang bersifat swasembada.
4.      Kesetiaan terhadap suatu sistem tindakan utama secara bersama-sama.
4. Pendapatan Masyarakat
Pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
1. Pendapatan permanen (permanent income) adalah pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji, upah. Pendapatan ini juga merupakan kekayaan seseorang (yang menciptakan kekayaan).
2. Pendapatan sementara (transitory income) adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya.
Beberapa klasifikasi pendapatan antara lain: “1) pendapatan pribadi, 2) pendapatan disposibel.”
 Menurut Mangkoesoebroto Guritno dan Algifari, (1998 :72) , mengkalsifikasikan pendapatan :
1. pendapatan pribadi adalah pendapatan yang dihasilkan oleh atau dibayarkan kepada perorangan sebelum dikurangi dengan pajak penghasilan perorangan. Sebagian dari pendapatan perorangan dibayarkan untuk pajak, sebagian ditabung oleh rumah tangga yaitu pendapatan perorangan dikurangi dengan pajak penghasilan.
2. pendapatan disposibel adalah merupakan jumlah pendapatan saat ini yang dapat dibelanjakan atau ditabung oleh rumah tangga yaitu pendapatan perorangan dikurangi dengan pajak penghasilan.
5. Desa Wisata
Adapun pengertian dari desa wisata atau dusun wisata menurut undang-undang nomor 9 tahun 1990 adalah sebagai berikut :
”Desa Wisata yaitu suatu wilayah pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian pedesaan, baik dari segi kehidupan, sosial ekonomi, sosial budaya, adat istiadat, keserasian, keseharian memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata ruang desa yang khas, ataupun kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai komponen kepariwisataan, misalnya: atraksi, akomodasi, makan minum an kebutuhan lainnya.”
Untuk menjadi desa wisata, harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan sehingga desa tersebut layak untuk dijadikan objek pariwisata naik untuk wisatawan mancanegara maupun wisatawan nusantara. Ada beberapa hal yang harus diperhatikan jika sebuah desa wisata. Menurut Tasbir (2000: 5) antara lain:
”untuk menjadi desa wisata harus mengedepankan empat aspek unggulan yaitu berupa: keindahan alam, kehidupan rakyat, seni budaya dan kerajinan”.
Keempat aspek tersebut haruslah menonjol jika dibandingkan dengan keadaan sekitar, sehingga keempat hal tersebut memiliki keunggulan, dan tidak bersifat seadanya.
Mengacu pada empat aspek yang telah disebutkan diatas, maka dapat diketahui juga bahwa keterlibatan masyarakat dalam pariwisata begitu besar. Untuk menunjang keberadaan desa wisata maka masyarakat harus diberdayakan agar lebih mampu berperan dan dapat menunjang seluruh program dan kegiatan pariwisata. Peningkatan kesejahteraan masyarakat dilakukan dengan menerapkan konsep kemitraan atau binaan.
Ada konsep model ”Bapak Angkat” ”Objek Wisata Binaan”. Artinya, objek wisata yang dinilai mempunyai potensi dikembangkan dan tampaknya kesulitan dana pengembangan, maupun terbentur kendala manajerial, bisa dijadikan ”Objek Wisata Binaan” (Ronny Sugiantoro, 2000: 5).
Mengenai siapa yang membina objek wisata itu, dapat dilakukan oleh sebuah institusi, pemerintah maupun swasta bahkan perorangan, yang punya kepedulian terhadap pengembangan objek wisata. Perlu diperhatikan bahwa siapapun pembinanya, ia memiliki tanggung jawab moral dalam mengangkat dan mempromosikan objek wisata terebut.
Pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan pariwisata merupakan salah satu bentuk atau wujud dari kepedulian kepariwisataan terhadap rakyat. Rakyat atau msyarakatlah sebenarnya yang banyak memegang kunci keberhasilan kegiatan pariwisata. Kerena oleh masyarakatlah kegiatan pariwisata dapat berjalan dan berkembang, sebab pada dasarnya masyarakatlah yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan bagi wisatawan, sebagaimana dikatakan oleh oleh Arwan T. Artha (2006: 6) sebagai berikut :
”Akhirnya tentu harus berpulang pada kesejahteraan masyarakat. Karena semua kebutuhan wisatawan itu harus dipenuhi oleh masyarakat. Ini juga akan merangsang kreativitas masyarakat”. Idealnya untuk mengembangkan sebuah desa wisata memang harus dengan kerjasama antar berbagai lembaga maupun perorangan.
”Menjadi desa yang dinilai potensial dikembangkan sebagai objek wisata. Kemudian ditata, dijamah secara manajerial, disentuh dengan berbagai aspek pendukung, dan kemudian dipasarkan. Tentunya, pengembangan tak harus melakukan modernisasi. Desa wisata atau objek wisata di daerah, bisa tetap dikembangkan dengan tetap menjaga keasliannya. Disinilah, perlunya keterpaduan anatara para ”Pembina” dengan kalangan travel agent dan perhotelan untuk bisa ”menjual” dan memasukan objek wisata kedalam paket wisata”. (Ronny Sugiantoro, 2000: 4).
F. Ruang Lingkup Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian pada hakikatnya merupakan wahana untuk menentukan kebenaran atau untuk lebih membenarkan kebenaran (Lexi J. Moleong, 2001:30). Maka dari itu untuk menjawab pertanyaan penelitian, penyusun menggunakan metode penelitian deskriptif kulitatif yaitu untuk mendeskripsikan, mencatat, dan menginterpretasikan kondisi-kondisi yang terjadi di dalam permasalah yang diteliti.
2. Obyek Penelitian
Sasaran dari objek penelitian ini adalah Peran “Desa Wisata Kaki Langit” dalam Meningkatkan Pendapatan Masyarakat di Pedukuhan Mangunan di Pedukuhan Mangunan, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
3. Definisi konseptual
1. Peran, adalah kelengkapan dari hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki status-status sosial khusus. Selanjutnya dikatakan bahwa di dalam peranan terdapat dua macam harapan, yaitu: pertama, harapan-harapan dari masyarakat terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran, dan kedua harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap masyarakat atau terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya atau kewajiban-kewajibannya.
2. Pendapatan, adalahsebagai arus masuk atau kenaikan-kenaikan lainnya dari nilai harta suatu satuan usaha atau penghentian hutang- hutangnya atau kombinasi dari keduanya dalam suatu periode akibat dari penyerahan atau produksi barang-barang, penyerahan jasa-jasa, atau pelaksanaan aktivitas-aktivitas lainnya yang membentuk operasi-operasi utama atau sentral yang berlanjut terus dari satuan usaha tersebut.
3. Masyarakat, adalahsekumpulan orang yang, terdiri dari berbagai kalangan, baik golongan mampu ataupun golongan tak mampu,  yang tinggal di dalam satu wilayah dan telah memiliki hukum adat, norma-norma serta berbagai peraturan yang siap untuk ditaati.
4. Pendapatan Masyarakat, adalahjumlah penghasilan yang diterima oleh masyarakat atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan.
5. Desa wisata, adalahsuatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan tata cara dan tradisi yang berlaku. Desa wisata biasanya memiliki kecenderungan kawasan pedesaan yang memiliki kekhasan dan daya tarik sebagai tujuan wisata.
4. Definisi Operasional
Untuk lebih terarahnya dalam pengambilan informasi, data dan fakta yang dibutuhkan, maka dapat dilihat dari indikator  : Peran Desa wisata kaki langit dalam meningkatkan pendapatan masyarakat pedukuhan Mangunan, Desa Manguanan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istomewa Yogyakarta diukur melalui :
1. Latar belakang dan sejarah perintisan desa wisata Kaki Langit
2. Jenis dan usaha yang ditawarkan di Desa wisata Kaki Langit
3. Menciptakan Peluang Usaha
4.  Pihak-pihak yang mendukung perintisan desa wisata Kaki Langit
5. Kendala yang dihadapi saat perintisan
5. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pedukuhan Mangunan, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
6. Informan
Informan dalam penelitian ini secara keseluruhan berjumlah 11 orang, yang terdiri dari 7 informan yang berasal dari pengelola desa wisata kaki langit dan 4 informan yang berasal dari masyarakat umum.
a)      Pengelola “Desa Wisata Kaki Langit”, dibagi menjadi :
Informen berjumlah 7 orang, ditentukan berdasarkan jumlah pengelola yakni terdiri atas 1 orang ketua harian desa wista kaki langit, ditambah 6 orang kordinator pengelola masing-masing unit kegiatan.
            a) Ketua Umum Kaki Langit  : Bapak Sumijan
            b) Pengelola Langit Ilalang     : Bapak Totok Prasetyo
            c) Pengelola Atap Langit        : Bapak Narjo
            d) Pengelola Budaya Langit   : Bapak Sargito
            e) Pengelola Rasa Langit        : Ibu Kasila
            f) Pengelola Karya Langit       : Bapak Budi
            g) Pengelola Langit Cerdas     : Bapak Suparman
b) Masyarakat Umum :
Informen berjumlah 4 orang, yakni terdiri atas 1 orang pengelola home stay Narjo, 1 orang pedagang kaki lima, 1 orang pengrajin dan 1 orang tukang parkir.
            a) Pengelola Home Stay : Bapak Narjo
            b) Pedagang Kaki Lima : Ibu Yanti
c) Pengrajin                    : Bapak Budi
d) Parkir                         : Bapak Tukiran

7. Teknik Pengumpulan Data
a.      Observasi
      Tahap observasi pertama yakni pada tanggal 07 Maret 2017, dengan mendatangi kantor kelurahan Mangunan untuk permintaan izin kepada kepala desa, bahwa kami akan melakukan observasi di mangunan. Kemudian kami menemui pak Suyadi yang menjabat sebagai pak dukuh, untuk mencari informasi terkait desa wisata kaki langit karena dari kantor kelurahan direkomendasikan untuk melakukan penelitian di Desa wisata kaki langit, karena kaki langit sendiri milik warga mangunan secara utuh karena diprakarsai oleh warga desa pedukuhan mangunan sendiri.Setelah melakukan pembicaraan yang cukup lama akhirnya kami disuruh menemui pak Totok prasetyo yang kebetulan sebagai sekretaris desa wisata kaki langit sekaligus kordinator langit ilalang. Kemudian kami berbincang-bincang bersama pak Totok terkait kegiatan apa saja yang dilakukan di kaki langit, dari hasil pembicaraan kami bersama pak totok akhirnya kami bisa menentukan jumlah informan dan pak totok memberikan dokumen kaki langit berupa sejarah maupun struktur keorganisasian di kaki langit.
      Observasi kedua kami lakukan pada tanggal 06 April 2017 yakni pada kegiatan FGD bersama seluruh pengelola wisata di Mangunan.Kemudian kami bertanya terkait wisata kaki langit, dan kami meminta nomor pengurus kaki langit dan mulai memuat janji ersama pengelola.
b.      Wawancara atau interview
Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013:231) wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu.
c.       Dokumentasi
Dokumen menurut Sugiyono, (2009:240) merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.Dokumen yang digunakan peneliti disini berupa foto, gambar, serta data-data mengenai kegiatan pengelola kaki langit.
8. Teknik Aanalisis Data
Analisis data kualitatif menurut Bognan & Biklen (1982) sebagaimana dikutip Moleong (2007:248), adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa langkah awal dari analisis data adalah mengumpulkan data yang ada dan menyusun secara sistematis agar data sesuai dengan kenyataan yang ada dan terjadi dilapangan, kemudian data benar-benar merupakan data yang valid.

9. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik pemeriksaan keabsahan data yang kami gunakan adalah dengan metode Trianggulasi yakni dengan membandingkan pernyataan atau keterangan antara pengelola desa wisata kaki langit dan masyarakat umum seperti pedagang kaki lima, pengrajin, pengelola home stay dan juru parker. Kemudian mengecek balik derajat kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam metode kualitatif,  hal tersebut dapat dicapai melalui:
1.      Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
2.      Membandingkan apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakanya secara pribadi
3.      Membandingkan apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang dikatakanya sepanjang waktu
4.      Membandingkan keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menegah atau tinggi , orang berada , orang pemerintahan
5.      Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.






Comments

Popular posts from this blog

Syarat uji korelasi

Pengantar Kesarinahan

Definisi konsep Perencanaan sosial