Contoh proposal penelitian kualitatif terbaru dan terlengkap
Peran “DesaWisata Kaki Langit”
dalamMeningkatkanPendapatanMasyarakat di PedukuhanMangunan
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang Masalah
Diera saat ini perkembangan pariwisata
sangatlah pesat.Pengembangan pariwisata berbasis masyarakat dimana adanya pelibatan
manusia atau masyarakat didalamnya membuat perkembangan pariwisata menjadi
sebuah fenomena yang sangat global.Salah satu perkembangan ini yaitu adanya
desa wisata.Desa wisata merupakan pengembangan pariwisata yang berorientasi
pada pariwisata ekonomi yang diharapkan mampu memberi dampak positif bagi
kesejahteraan masyarakat khususnya masyarakat setempat.
Daerah
Istimewa Yogyakarta merupakan Provinsi yang dikenal sebagai kota pelajar dan
kota wisata. Sebagai kota wisata Yogyakarta dikenal mempunyai banyak objek dan
daya tarik wisata serta potensi wisata yang beraneka ragam. Daerah Istimewa
Yogyakarta dibagi menjadi lima wilayah adminstratif, meliputi Kodya Yogyakarta,
Kabupaten Sleman, Kabupaten Kulon Progo, Kabupaten Gunung Kidul dan Kabupaten
Bantul. Masing-masing wilayah administratif tersebut memiliki kekayaan wisata
yang sayang jika tidak menjadi pusat perhatian dan kunjungan wisatawan, baik
wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara.
Keistimewaan dan daya tarik dari suatu objek
wisata atau tempat wisata bisa dilihat dari jumlah kunjungan wisatawan baik
domestik maupun mancanegara setiap tahunnya, tidak hanya daya tarik yang
mempengaruhi jumlah kunjungan wisatawan, namun juga dari fasilitas yang
tersedia maupun keramahan penduduk sekitar objek atau tempat wisata, selain itu
juga dari dukungan pemerintah setempat. Pengembangan pariwisata yang ada di DIY
tidak hanya di titik beratkan pada obyek wisata yang telah dikenal masyarakat
luas saja, namun ada alternatif andalan lainnya yaitu mulai dikembangkannya
Desa Wisata dengan potensi alam, seni dan budayanya. Dengan demikian, Badan
Pusat Statistik DIY menyatakan bahwa kunjungan wisatawan pada tahun 2011
sebanyak 1.607.694 pengunjung dengan kenaikan prosentase 2,17%, tahun 2012
sebanyak 2.360.173 pengunjung dengan prosentase 46,80%, tahun 2014 sebanyak
2.837.967 pengunjung dengan prosentase 20,24%, tahun 2014 sebanyak 3.346.180
pengunjung dengan prosentase 17,91%, sedangkan tahun 2015 sebanyak 4.122.205
pengunjung dengan prosentase 23,19%. Hal ini menyatakan bahwa munculnya desa
wisata dengan potensi obyek wisatanya dapat menarik wisatawan untuk datang
berkunjung.
Desa wisata lebih bergerak pada
bidang studi pengembangan budaya dan pariwisata berbasis lokal.Kabupaten Bantul
sebagai daerah yang memiliki keindahan alam mulai mengenalkan desa wisata
kepada para wisatawan. Menurut data Dinas Pariwisata Bantul dari 75 Desa tercatat 37 Desa Wisata yang sudah terbentuk
sesuai dengan potensi dan keunggulan daya tarik masing-masing. Desa wisata yang
terdapat di Kabupaten Bantul menawarkan
berbagai macam potensi yang dimiliki antara lain pemandangan bentangan
sawah yang masih sejuk, dan permai, peninggalan budaya, seni dan budaya para
leluhur hingga bangunan yang usianya telah mencapai ratusan tahun yang masih
terawat dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa Kabupaten Bantul memang
mempunyai potensi wisata yang mampu mengguggah daya tarik wisatawan dengan
dikembangkannya desa wisata.
Kemajuan pariwisata khususnya Desa wisata dan
peningkatan Pendapatan ekonomi rakyat bagaikan dua sisi mata uang yang tidak
dapat tidak dapat dipisahkan.Keduanya berjalan secara beriringan.Hasil yang
diperoleh dari adanya pengembangan destinasi wisata hendaknya dapat dinikmati
masyarakat setempat dan bermanfaat baginya. Hal tersebut sesuai dengan UU RI
Nomor 10 tahun 2009 pasal 4 Tentang Kepariwisataan bahwa pariwisata bertujuan
untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi, meningkatkan kesejahteraan rakyat,
menghapus kemiskinan, mengatasi pengangguran, melestarikan alam, lingkungan,
dan sumber daya, dan memajukan kebudayaan.
Pengembangan pariwisata melalui desa wisata
tidak dapat terlepas dari segala aspek yang ada dalam masyarakat, baik aspek ekonomi, sosial, dan
budaya. Dalam konteks desa wisata, maka desa juga harus mampu menawarkan keaslian dari keunikan-keunikan disegala aspek yang
dimiliki. Hal tersebut berdasarkan esensi desa wisata yaitu adanya optimalisasi
suatu desa dengan memanfaatkan potensi yang ada dalam masyarakat dan desa
kedalam aktivitas pariwisata dengan tema
sesuai karakteristik desa.
Sejak adanya
isu mengenai desa wisata,
kabupaten Bantul tidak ketinggalan untuk ikut mengimplementasikannya,
salah satunya desa wisata di Pedukuhan Kaki Langit.Kaki Langit merupakan bagian dari Padukuhan yang secara administratif
terletak di Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta. Padukuhan Kaki Langit terdapat
Destinasi pariwisata yang berupa Langit Ilalang, Atap Langit, Budaya Langit,
Rasa Langit, Langit Terjal, Langit Hijau, Karya Langit, Langit Cerdas.
Kedua stakeholder yang berperan dalam
pengembangan desa wisata tersebut, yakni masyarakat dan pengelola desa wisata
harus berjalan secara beriringan dan saling berkoordinasi. Ketika salah satu
komponen bergerak masing-masing, maka hasil yang didapat tidak akan maksimal
dan sesuai target atau cita-cita yang diharapkan.
Hadirnya Desa wisata merupakan peluang bagi
masyarakat, sebab dengan adanya desa wisata diharapkan mampu berperan dalam
meningkatkan pendapatan ekonomi masyarakat di sekitar Pedukuhan Kaki Langit.Hal
inilah yang harus dipecahkan oleh semua stakeholder yang bersangkutan, baik
dari pemerintah maupun masayarakat desa wisata itu sendiri, agar mampu
menjadikan desa wisata sebagai tongak awal perbaikan taraf perekonomian secara
berkelanjutan bagi masyarakat di sekitar desa wisata kaki langit.
B. Fokus
Penelitian
Berdasarkan
dari beberapa pembahasan mengenai peran Desa wisata terhadap pendapatan
masyarakat, maka kita dapat menentukan fokus penelitian yakni : Latar
belakang dan sejarah perintisan desa wisata Kaki Langit, Jenis dan usaha yang
ditawarkan di Desa wisata Kaki Langit, Menciptakan Peluang Usaha, Pihak-pihak yang
mendukung perintisan desa wisata Kaki Langit dan Kendala yang dihadapi saat
perintisan.
C.
Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran “Desa wisata kaki langit” dalam meningkatkan pendapatan
masyarakat?
2. Apa yang menjadi faktor pendorong dan
penghambat dalam upaya meningkatkan pendapatan masyarakat ?
D. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui peran desa wisata kaki
langit dalam meningkatkan pendapatan masyarakat
2.
Untuk mengetahui faktor pendorong dan penghambat dalam upaya meningkatkan
pendapatan masyarakat
2.
Manfaat Penelitian
Dengan mengacu pada tujuan dari penelitian,
maka nantinya penelitian ini akan memiliki manfaat sebagai berikut :
1. Manfaat Teoritis
Untuk bidang akademisi, penelitian ini
diharapkan dapat memberikan kontribusi akademis secara langsung dibidang
pariwisata, khususnya promosi atau pemasaran desa wisata sebagai salah satu
jenis wisata unggulan di Kabupaten Sleman.
2. Manfaat Praktis
Dalam hal praktis, penelitian ini dapat
dijadikan sebagai salah satu acuan bagi desa-desa wisata yang terdapat di
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang tergolong desa wisata tumbuh dan
berkembang dalam usaha untuk meningkatkan kunjungan. Serta dapat dijadikan
salah satu acuan bagi daerah-daerah di Indonesia yang memiliki potensi untuk
dikembangkan menjadi desa wisata dalam strategi pemasaran yang akan dilakukan.
E. Tinjauan Pustaka atau Kerangka Teori
1. Peran
Peran adalah sesuatu
yang menjadi bagian atau menjadi pimpinan yang terutama (dalam terjadinya
sesuatu hal / peristiwa). (WJS. Poerwodarminto, 1986: 735).
Menurut Friedman, M,
(1998: 286). Peran adalah serangkaian perilaku yang diharpkan pada seseorang
sesuai dengan posisi sosial yang diberikan baik secara formal maupun secara
informal. Peran didasarkan pada preskripsi (ketentuan) dan harapan peran yang
menerangkan apa yang individu-individu harus lakukan dalam suatu situasi
tertentu agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang
lain menyangkut peran-peran tersebut.
Pengertian peran dalam
hal ini adalah suatu tindakan atau suatu obyek tertentu yang mempunyai hubungan
atau yang mempengaruhi suatu hal atau peristiwa tertentu.
2. Pendapatan
Menurut Sundoyo Pitomo (1982:20), mendefinisikan
pendapatan sebagai berikut :
”adalah seluruh penerimaan baik berupa
uang maupun barang baik dari pihak lain maupun dari hasil sendiri dengan jalan
dinilai sejumlah uang atas harga berlaku saat itu.”
Sedangkan menurut Valerie J. Hull ( dalam Masri
Singarimbun dan Sofyan Effendi, 1980:24)
”Pendapatan
adalah gambaran yang lebih tepat tentang posisi ekonomi keluarga dalam
masyarakat. Pendapatan keluarga yang merupakan jumlah seluruh pendapatan dan
kekayaan keluarga (termasuk barang atau hewan peliharaan), dipakai untuk
membagi keluarga dalam tiga kelompok pendapatan yaitu pendapatan rendah,
pendapatan sedang, dan pendapatan tinggi.”
Dari pendapat di atas
dapat disimpulakan bahwa pendapatan adalah seluruh penerimaan hasil kerja
seseorang baik berupa uang maupun barang.
Kalsifikasi Pendapatan( dalam Sundoyo Pitomo,
1982: 20), membedakan :
1. Pendapatan faktor yang didistribusikan.
2. Transfer yang bersifat redistributif.
Pendapatan faktor golongan pertama dapat dibagi
menurut sumber menjadi :
1. Penghasilan sebagai gaji dan upah.
2. penghasilan dari usaha sendiri.
3. Penghasilan dari pemilik harta
3. Masyarakat
Pengertian masyarakat menurut definisi Para Ahli
(http://www.artikelsiana.com/2015/06/para-ahli-pengertian-masyarakat-definisi.html) sebagai
berikut :
Menurut Emile Durkheim, pengertian masyarakat
merupakan suatu kenyataan objektif dari individu-individu yang merupakan
anggotanya.
Menurut Max Weber, masyarakat adalah suatu
struktural atau aksi yang pada pokoknya ditentukan oleh harapan dan nilai-nilai
yang dominan pada warganya sendiri.
Menurut Soerjono Soekanto, masyarakat pada
umumnya mempunyai ciri-ciri dengan kriteria seperti di bawah ini :
1.
Manusia yang hiduo bersama, sekurang-kurangnya
terdiri atas dua orang.
2.
Bercampur atau bergaul dalam jangka waktu yang cukup
lama. Berkumpulnya manusia akan menimbulkan manusia baru. Sebagai akibat dari
hidup bersama, timbul sistem komunikasi dan peraturan yang mengatur huungan
antar manusia.
3.
Sadar bahwa mereka merupakan satu kesatuan.
4.
Merupakan suatu sistem hidup bersama. Sistem
kehidupan bersama menimbulkan kebudayaan karena mereka merasa dirinya terkait
satu sama lain.
Menurut Marion Levy,
ada empat kriteria yang perlu ada agar suatu kelompok bisa disebut masyarakat,
yakni sebagai berikut.
1.
Kemampuan bertahan yang melebihi masa hidup
seorang anggotanya.
2.
Perekrutan seluruh atau sebagian anggotanya
melalui reproduksi atau kelahiran
3.
Adanya sistem tindakan utama yang bersifat
swasembada.
4.
Kesetiaan terhadap suatu sistem tindakan utama
secara bersama-sama.
4. Pendapatan Masyarakat
Pendapatan masyarakat dapat digolongkan menjadi 2 yaitu :
1. Pendapatan permanen
(permanent income) adalah pendapatan yang selalu diterima pada setiap periode
tertentu dan dapat diperkirakan sebelumnya, misalnya pendapatan dari gaji,
upah. Pendapatan ini juga merupakan kekayaan seseorang (yang menciptakan
kekayaan).
2. Pendapatan sementara
(transitory income) adalah pendapatan yang tidak bisa diperkirakan sebelumnya.
Beberapa klasifikasi pendapatan antara lain: “1) pendapatan pribadi, 2)
pendapatan disposibel.”
Menurut Mangkoesoebroto Guritno dan Algifari,
(1998 :72) , mengkalsifikasikan pendapatan :
1. pendapatan pribadi adalah
pendapatan yang dihasilkan oleh atau dibayarkan kepada perorangan sebelum
dikurangi dengan pajak penghasilan perorangan. Sebagian dari pendapatan
perorangan dibayarkan untuk pajak, sebagian ditabung oleh rumah tangga yaitu
pendapatan perorangan dikurangi dengan pajak penghasilan.
2. pendapatan disposibel adalah
merupakan jumlah pendapatan saat ini yang dapat dibelanjakan atau ditabung oleh
rumah tangga yaitu pendapatan perorangan dikurangi dengan pajak penghasilan.
5. Desa Wisata
Adapun pengertian dari desa wisata atau dusun
wisata menurut undang-undang nomor 9 tahun 1990 adalah sebagai berikut :
”Desa Wisata yaitu suatu
wilayah pedesaan yang menawarkan keseluruhan suasana yang mencerminkan keaslian
pedesaan, baik dari segi kehidupan, sosial ekonomi, sosial budaya, adat
istiadat, keserasian, keseharian memiliki arsitektur bangunan dan struktur tata
ruang desa yang khas, ataupun kegiatan perekonomian yang unik dan menarik serta
mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai komponen kepariwisataan, misalnya:
atraksi, akomodasi, makan minum an kebutuhan lainnya.”
Untuk menjadi desa
wisata, harus memenuhi kriteria-kriteria yang telah ditetapkan sehingga desa
tersebut layak untuk dijadikan objek pariwisata naik untuk wisatawan
mancanegara maupun wisatawan nusantara. Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan jika sebuah desa wisata. Menurut Tasbir (2000: 5) antara lain:
”untuk menjadi desa
wisata harus mengedepankan empat aspek unggulan yaitu berupa: keindahan alam,
kehidupan rakyat, seni budaya dan kerajinan”.
Keempat aspek tersebut
haruslah menonjol jika dibandingkan dengan keadaan sekitar, sehingga keempat
hal tersebut memiliki keunggulan, dan tidak bersifat seadanya.
Mengacu pada empat aspek
yang telah disebutkan diatas, maka dapat diketahui juga bahwa keterlibatan
masyarakat dalam pariwisata begitu besar. Untuk menunjang keberadaan desa
wisata maka masyarakat harus diberdayakan agar lebih mampu berperan dan dapat
menunjang seluruh program dan kegiatan pariwisata. Peningkatan kesejahteraan
masyarakat dilakukan dengan menerapkan konsep kemitraan atau binaan.
Ada konsep model ”Bapak
Angkat” ”Objek Wisata Binaan”. Artinya, objek wisata yang dinilai mempunyai
potensi dikembangkan dan tampaknya kesulitan dana pengembangan, maupun
terbentur kendala manajerial, bisa dijadikan ”Objek Wisata Binaan” (Ronny
Sugiantoro, 2000: 5).
Mengenai siapa yang
membina objek wisata itu, dapat dilakukan oleh sebuah institusi, pemerintah
maupun swasta bahkan perorangan, yang punya kepedulian terhadap pengembangan
objek wisata. Perlu diperhatikan bahwa siapapun pembinanya, ia memiliki
tanggung jawab moral dalam mengangkat dan mempromosikan objek wisata terebut.
Pemberdayaan masyarakat
dalam kegiatan pariwisata merupakan salah satu bentuk atau wujud dari
kepedulian kepariwisataan terhadap rakyat. Rakyat atau msyarakatlah sebenarnya
yang banyak memegang kunci keberhasilan kegiatan pariwisata. Kerena oleh
masyarakatlah kegiatan pariwisata dapat berjalan dan berkembang, sebab pada
dasarnya masyarakatlah yang menyediakan kebutuhan-kebutuhan bagi wisatawan,
sebagaimana dikatakan oleh oleh Arwan T. Artha (2006: 6) sebagai berikut :
”Akhirnya tentu harus
berpulang pada kesejahteraan masyarakat. Karena semua kebutuhan wisatawan itu
harus dipenuhi oleh masyarakat. Ini juga akan merangsang kreativitas
masyarakat”. Idealnya untuk mengembangkan sebuah desa wisata memang harus
dengan kerjasama antar berbagai lembaga maupun perorangan.
”Menjadi desa yang
dinilai potensial dikembangkan sebagai objek wisata. Kemudian ditata, dijamah
secara manajerial, disentuh dengan berbagai aspek pendukung, dan kemudian
dipasarkan. Tentunya, pengembangan tak harus melakukan modernisasi. Desa wisata
atau objek wisata di daerah, bisa tetap dikembangkan dengan tetap menjaga
keasliannya. Disinilah, perlunya keterpaduan anatara para ”Pembina” dengan
kalangan travel agent dan perhotelan untuk bisa ”menjual” dan memasukan objek
wisata kedalam paket wisata”. (Ronny Sugiantoro, 2000: 4).
F. Ruang Lingkup
Penelitian
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian pada
hakikatnya merupakan wahana untuk menentukan kebenaran atau untuk lebih
membenarkan kebenaran (Lexi J. Moleong, 2001:30). Maka dari itu untuk menjawab
pertanyaan penelitian, penyusun menggunakan metode penelitian deskriptif
kulitatif yaitu untuk mendeskripsikan, mencatat, dan menginterpretasikan
kondisi-kondisi yang terjadi di dalam permasalah yang diteliti.
2. Obyek Penelitian
Sasaran dari objek
penelitian ini adalah Peran “Desa Wisata Kaki Langit” dalam Meningkatkan
Pendapatan Masyarakat di Pedukuhan Mangunan di Pedukuhan Mangunan, Desa
Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa
Yogyakarta.
3. Definisi konseptual
1. Peran, adalah kelengkapan dari
hubungan-hubungan berdasarkan peran yang dimiliki oleh orang karena menduduki
status-status sosial khusus. Selanjutnya dikatakan bahwa di dalam peranan
terdapat dua macam harapan, yaitu: pertama, harapan-harapan dari masyarakat
terhadap pemegang peran atau kewajiban-kewajiban dari pemegang peran, dan kedua
harapan-harapan yang dimiliki oleh pemegang peran terhadap masyarakat atau
terhadap orang-orang yang berhubungan dengannya dalam menjalankan peranannya
atau kewajiban-kewajibannya.
2. Pendapatan, adalahsebagai
arus masuk atau kenaikan-kenaikan lainnya dari nilai harta suatu satuan usaha
atau penghentian hutang- hutangnya atau kombinasi dari keduanya dalam suatu periode
akibat dari penyerahan atau produksi barang-barang, penyerahan jasa-jasa, atau
pelaksanaan aktivitas-aktivitas lainnya yang membentuk operasi-operasi utama
atau sentral yang berlanjut terus dari satuan usaha tersebut.
3. Masyarakat, adalahsekumpulan orang
yang, terdiri dari berbagai kalangan, baik golongan mampu ataupun golongan tak
mampu, yang tinggal di dalam satu wilayah dan telah memiliki hukum adat,
norma-norma serta berbagai peraturan yang siap untuk ditaati.
4. Pendapatan Masyarakat, adalahjumlah
penghasilan yang diterima oleh masyarakat atas prestasi kerjanya selama satu
periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan.
5. Desa wisata, adalahsuatu bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan fasilitas pendukung
yang disajikan dalam suatu struktur kehidupan masyarakat yang menyatu dengan
tata cara dan tradisi yang berlaku. Desa wisata biasanya memiliki kecenderungan
kawasan pedesaan yang memiliki kekhasan dan daya tarik sebagai tujuan wisata.
4. Definisi Operasional
Untuk lebih terarahnya dalam
pengambilan informasi, data dan fakta yang dibutuhkan, maka dapat dilihat dari
indikator : Peran Desa wisata kaki
langit dalam meningkatkan pendapatan masyarakat pedukuhan Mangunan, Desa
Manguanan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istomewa
Yogyakarta diukur melalui :
1. Latar
belakang dan sejarah perintisan desa wisata Kaki Langit
2. Jenis
dan usaha yang ditawarkan di Desa wisata Kaki Langit
3.
Menciptakan Peluang Usaha
4. Pihak-pihak yang mendukung perintisan desa
wisata Kaki Langit
5. Kendala
yang dihadapi saat perintisan
5. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Pedukuhan
Mangunan, Desa Mangunan, Kecamatan Dlingo, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah
Istimewa Yogyakarta.
6. Informan
Informan dalam
penelitian ini secara keseluruhan berjumlah 11 orang, yang terdiri dari 7
informan yang berasal dari pengelola desa wisata kaki langit dan 4 informan yang
berasal dari masyarakat umum.
a)
Pengelola
“Desa Wisata Kaki Langit”, dibagi menjadi :
Informen
berjumlah 7 orang, ditentukan berdasarkan jumlah pengelola yakni terdiri atas 1
orang ketua harian desa wista kaki langit, ditambah 6 orang kordinator pengelola
masing-masing unit kegiatan.
a) Ketua Umum Kaki Langit
: Bapak Sumijan
b) Pengelola Langit Ilalang : Bapak Totok Prasetyo
c) Pengelola Atap Langit :
Bapak Narjo
d) Pengelola Budaya Langit : Bapak Sargito
e) Pengelola Rasa Langit
: Ibu Kasila
f) Pengelola Karya Langit : Bapak Budi
g) Pengelola Langit Cerdas : Bapak Suparman
b)
Masyarakat Umum :
Informen
berjumlah 4 orang, yakni terdiri atas 1 orang pengelola home stay Narjo, 1
orang pedagang kaki lima, 1 orang pengrajin dan 1 orang tukang parkir.
a) Pengelola Home Stay : Bapak Narjo
b) Pedagang Kaki Lima : Ibu Yanti
c)
Pengrajin : Bapak Budi
d)
Parkir : Bapak Tukiran
7. Teknik Pengumpulan Data
a.
Observasi
Tahap observasi pertama yakni pada tanggal
07 Maret 2017, dengan mendatangi kantor kelurahan Mangunan untuk permintaan
izin kepada kepala desa, bahwa kami akan melakukan observasi di mangunan.
Kemudian kami menemui pak Suyadi yang menjabat sebagai pak dukuh, untuk mencari
informasi terkait desa wisata kaki langit karena dari kantor kelurahan
direkomendasikan untuk melakukan penelitian di Desa wisata kaki langit, karena
kaki langit sendiri milik warga mangunan secara utuh karena diprakarsai oleh
warga desa pedukuhan mangunan sendiri.Setelah melakukan pembicaraan yang cukup
lama akhirnya kami disuruh menemui pak Totok prasetyo yang kebetulan sebagai
sekretaris desa wisata kaki langit sekaligus kordinator langit ilalang.
Kemudian kami berbincang-bincang bersama pak Totok terkait kegiatan apa saja
yang dilakukan di kaki langit, dari hasil pembicaraan kami bersama pak totok
akhirnya kami bisa menentukan jumlah informan dan pak totok memberikan dokumen
kaki langit berupa sejarah maupun struktur keorganisasian di kaki langit.
Observasi kedua kami lakukan pada tanggal
06 April 2017 yakni pada kegiatan FGD bersama seluruh pengelola wisata di
Mangunan.Kemudian kami bertanya terkait wisata kaki langit, dan kami meminta
nomor pengurus kaki langit dan mulai memuat janji ersama pengelola.
b.
Wawancara
atau interview
Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013:231)
wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide
melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik
tertentu.
c.
Dokumentasi
Dokumen menurut Sugiyono, (2009:240) merupakan catatan peristiwa yang
sudah berlalu.Dokumen yang digunakan peneliti disini berupa foto, gambar, serta
data-data mengenai kegiatan pengelola kaki langit.
8. Teknik Aanalisis Data
Analisis
data kualitatif menurut Bognan & Biklen (1982) sebagaimana dikutip Moleong
(2007:248), adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,
mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensintesiskannya,
mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari,
dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada orang lain.
Berdasarkan
definisi di atas dapat disimpulkan bahwa langkah awal dari analisis data adalah
mengumpulkan data yang ada dan menyusun secara sistematis agar data sesuai
dengan kenyataan yang ada dan terjadi dilapangan, kemudian data benar-benar
merupakan data yang valid.
9. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data
Teknik
pemeriksaan keabsahan data yang kami gunakan adalah dengan metode Trianggulasi
yakni dengan membandingkan pernyataan atau keterangan antara pengelola desa
wisata kaki langit dan masyarakat umum seperti pedagang kaki lima, pengrajin,
pengelola home stay dan juru parker. Kemudian mengecek balik derajat
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda
dalam metode kualitatif, hal tersebut dapat dicapai melalui:
1. Membandingkan
data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara
2. Membandingkan
apa yang dikatakan orang didepan umum dengan apa yang dikatakanya secara
pribadi
3. Membandingkan
apa yang dikatakan orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa yang
dikatakanya sepanjang waktu
4. Membandingkan
keadaan dan prespektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang
seperti rakyat biasa, orang yang berpendidikan menegah atau tinggi , orang
berada , orang pemerintahan
5. Membandingkan
hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan.
Comments
Post a Comment